Malam sudah larut. Tetapi mata ini
belum saja bisa terpejam. Entah kemana arah rombongan kalimat ini akan
berjalan. Yang jelas tujuanku hanya satu. Ya, malam ini aku ingin menulis.
Karena nggak tahu apa yang akan
dibahas, mungkin aku hanya sedikit ingin menulis tentang menulis. Menulis? Apa
itu menulis? (Maunya serius tapi jadi bercanda). Ya, aku tidak tahu mengapa aku
terlahir sebagai seorang perempuan yang suka menulis.
Buatku writing is freedom. Aku bisa menulis kapan saja. Saat aku senang, datar, protes, marah, ataupun sedih. Entah kenapa saat emosi sedang memuncak dan kata-kata tumpah begitu saja melalui tulisan, saat itu juga seperti ada gaya yang meredam emosi itu kuat-kuat. Mengulur-ngulur benang emosi yang kusut itu dan menata hati kembali menjadi rapi. Dengan menumpahkan segala luapan emosi itu melalui tulisan, aku merasa menjadi lebih mudah mengontrol diri.
Writing is the best memory storage. Kadang lucu ketika membaca tulisan lama tentang suatu
pengalaman. Mengingat kembali detail peristiwa yang terjadi di masa lalu. Dan
suatu pengalaman menjadi terasa berharga dan autentik ketika diabadikan dengan
sebuah tulisan.
Writing is world of imagination. Terkadang menulis bisa membuka ruang pikiranku ke hal-hal
yang luar biasa. Ketika menulis sebuah cerita fiktif, aku bebas memilih siapa
tokohnya, bagaimana karakternya, apa yang terjadi dalam hidupnya, happy
ending-kah, sad ending-kah, dan lain-lain. Bukankah einstein pernah
bilang, "imagination is more important than knowledge."
Writing is self reflection. Ketika menulis dan meluapkan segenap perasaan hati,
rasanya seperti berkaca saja. Terkadang aku tidak bisa memahami diriku sendiri.
Terkadang aku kesal, menyesal, dan kecewa pada diri sendiri. Tetapi kata-kata
yang aku tulis bagai sebuah cermin yang meminta aku untuk berkaca. Berkaca
tentang isi jiwa dan pikiranku yang nyatanya abstrak dan tak terlihat. Tapi
menulis membuatku lebih memahami diriku sendiri dan menyadari bahwa apa yang
aku lakukan itu salah atau benar. Dan aku jadi lebih memahami betapa takdir
yang menghinggapi kehidupanku memiliki banyak hikmah. Pada akhirnya aku jadi
lebih banyak bersyukur.
Dan aku menduga bahwa menulislah
yang menguatkan karakter dan kepribadianku sekarang ini. Setelah beberapa kali
aku membaca ulang tulisan di buku harianku, aku seperti mengikuti sebuah
perjalanan hati. Perjalanan akan pencarian jati diri. Bahkan mungkin sekarang
aku masih belum selesai menempuh perjalanan itu.
Karena itulah, aku akan membiarkan
menulis menjadi teman hidup sampai akhir hayatku. Biar semua kenangan terekam
dalam setiap rajutan kata-kata dan kalimat. Biar setiap emosi meleleh dengan
kata-kata. Biar imajinasi dan ide-ide brilian selalu meledak-ledak dalam cerebrum
ini.
Sekalipun nanti aku InsyaAllah akan
berprofesi menjadi seseorang berjas putih dan berkalungkan stetoskop, rasanya
aku tidak pernah ingin meninggalkan penaku dan tuts-tuts keyboard
laptop-ku. Karena kata-kata dan kalimat telah terlanjur membuaiku hingga aku
terlampau cinta bermain-main dengan mereka.
Sudah setengah mengantuk. Selamat
tidur.
1 Comments