Beberapa waktu yang lalu aku
diutus oleh kampusku untuk mengikuti olimpiade kedokteran di Thailand. Saat
berada di sana aku rutin berkirim chatting dengan salah
satu dosen yang juga merupakan Kepala Program Studi (Kaprodi) kampus ku. Beliau
salah satu dosen yang sangat men-support
perjuangan kami untuk sampai ke Thailand.
Namun sayangnya, perjuangan yang
kurang lebih 2 bulan tak memberikan kemenangan. Sontak saat itu juga aku
mengirim pesan kepada dosenku tersebut. “Mohon maaf Dok, kami belum masuk ke
babak selanjutnya.”
Singkat. Dosenku hanya menjawab. “Bi’idznillah.
Semangat!”.
“Bi’idznillah? Apaan tuh… baru
denger.” Gumamku dalam hati. Maklum,
masih sangat awam dengan kalimat-kalimat Arab.
Segeralah aku searching di
google. “Bi’idznillah”. Jreng, langsung
muncul deh artinya. Berdasarkan beberapa sumber “Bi’idznillah” berarti “atas/dengan
izin Allah”.
Beberapa saat kemudian aku merenungkan kalimat ini. Ya, semua pasti ada
campur tangan Allah SWT. Apapun itu. Tidak mungkin segala sesuatu terjadi tanpa
izin-Nya bukan? Ah, diriku. Namanya juga manusia, sudah tau, tapi seringnya
lupa. Maka manusia itu harusnya selalu diingatkan.
Ya, terkadang aku pun sering lupa bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah
kehendak-Nya. Dalam hal kecil misalnya, habis ujian di kampus, terus ngeluh, “Duh...
kuliah dokter X keluar 10 soal lagi. Nggak baca nih... coba kemarin gue baca.
Kenapa sih gue harus demam kemarin?! Jadi nggak maksimal kan belajarnya....”
Pernah gini nggak sih? Hehe....
Dalam kasus yang kayak gitu, berfikirlah... Memang yang kasih sakit siapa?
Allah kan... Waktu yang kamu miliki juga dari Allah. Seringkali kita menyesal
dan tidak bersyukur. Berpikir bahwa segala hal yang terjadi semata-mata karena
perbuatan kita. Tidak. Tetap semua terjadi karena izin-Nya.
Pun untuk kasus yang baik-baik. Misal sebaliknya. “Gile-gile. Lagi hokki
banget ya gue. Padahal ngasal semua tuh. Tapi dapet nilai 80. Ajib-ajib....”
Eits. Bi’idznillah. Semua atas izin Allah.
Maka seringnya kita menyesal atas apa yang telah terjadi. “Kenapa sih malah
gini jadinya? Coba waktu itu....” Ah, sudahlah, buat apa disesali. Menyesal itu
tiada ujungnya. Dari sinilah kita paham bahwa syukur dan ikhlas itu harus
selalu berjalan bersisian.
Bi’idznillah bukan? Semua atas izin Allah. Maka setiap apapun yang Allah
kasih dalam kehidupan kita pasti semuanya baik. Pasti ada maksud tertentu
ketika Allah memberikannya pada kita. Lagi susah atau senang. Disyukuri saja.
Dikhlaskan. Walau praktek syukur dan ikhlas memang tak semudah teorinya.
Berpikir positiflah bahwa seenggakmenyenangkannya
suatu kejadian, pasti ada sisi baiknya.
Lagi sakit? Mungkin kamu terlalu capek, mungkin Allah pingin kamu
istirahat. Toh, sakit juga menggugurkan dosa-dosa. Harus remedial ujian?
Mungkin Allah pingin kamu belajar lebih lagi. Lagi ngerasa di bawah banget? Mungkin
selama ini kamu terlalu senang hingga “lupa”, maka Allah ingin kamu temani
dalam sujudmu di sepertiga malam terakhir. Aiiih... romantisss *lovelove.
Apa yang terjadi terjadilah. Bi’idznillah. Namun pastikan bahwa kita pun
sudah berusaha maksimal. Karena Allah pun memberikan kita kemampuan dan potensi
yang harus selalu digunakan. Hasilnya? Bi’idznillah. Cuma Allah yang berhak
menentukan bukan?
0 Comments