Mengenang Creative Writing Workshop 2010

Welcome back to Jakarta!
Hari Senin kemarin, sekitar jam 7.30 malam aku sudah tiba di bandara Soekarno Hatta. Tiba di rumah sekitar jam 10-an. Tadinya sih mau langsung nulis di blog seputar kegiatan CWW di Jogja. Tapi, begitulah aku. Begitu sampai di rumah, baru lepas sepatu dan tas, belum mandi, belum makan dan masih bau tengik langsung ngacir ke kamar. Hehe...

Ya sudahlah. Langsung aja, ya. Aku mau berbagi kisah nih tentang pengalamanku di Jogja selama mengikuti CWW.

Pengalamanku di sana cukup menyenangkan. Kenapa cukup? Yah... mungkin karena masih ada beberapa hal yang kurang mengenakkan menurutku. Di sana acaranya padat merayap (cicak kalee...!). Dan kita masih diberi tugas nulis ini itu. Jadinya capek buuuaaannngggeeettt! Tapi, aku  merasa itu bukan beban, tapi tantangan.Apalagi waktu hari pertama. Jadwal acaranya cuma seminar, seminar dan seminar. Walaupun temanya beda-beda dan ada coffebreaknya, tetep aja ngantukku nggak hilang.

Namun, dibalik semua itu, aku bangga kok bisa ikut acara kayak begini. Kapan lagi coba? Materi-materi yang dipresentasikan menggali pengetahuanku lebih dalam lagi. Pembicaranya pun nggak sembarang orang. Perwakilan dari YKAI, UNICEF, Pak Gunawan, Pak Wisnu Nugroho yang merupakan wartawan Kompas, Ibu Naning Pranoto, Pak Sony Set sang Sutradara dan lain-lain. Di sana aku juga bertemu dengan teman-teman dari berbagai daerah yang semuanya mempunyai bakat yang sangat luas. Walaupun ini workshop menulis, tapi teman-temanku itu nggak cuma pinter nulis doang. Ada yang pinter gambar, pinter nyanyi, pinter design, pinter fotografi dan pinter-pinter lainnya. Mereka juga pede-pede, pandai berbicara di depan umum, pandai berorganisasi dan juga berfikiran dewasa. Walaupun kita sering bercanda, tapi kalau saatnya serius, kita serius. Jadi tahu dimana letak serius dan bercanda itu harus ditempatkan.

Aku juga dapet teman sekamar yang asyik-asyik. Kak Vera dari Jakarta, Mbak Winner dari Jogja, Yolanda dari Jogja, Devi dari Bangka dan sang pemenang 2009, Dian dari JakTim. Walaupun kita dibagi kelompok kamar masing-masing, tetapi kami nggak cuma bergaul sama teman-teman sekamar aja, lho! Pokoknya di sana aku ketemu teman-teman yang berasal dari Sabang sampai Merauke. Yang terjauh dari Aceh dan Manokwari, Papua. Seneng banget bisa mengenal kebudayaan masing-masing. Kita juga nggak lupa beribadah menurut keyakinan masing-masing. Kita saling menghormati sesama agama. Ada yang Muslim, Protestan, Katholik, Hindu, Kong Hu Chu, dll.. Yang beragama Islam sholat 5 waktu dan yang Protestan dan Katholik ke gereja saat Minggu sore. Terkadang juga yang nonmuslim mengingatkan yang muslim untuk sholat. Jujur, aku baru sekali ini merasakan perbedaan yang damai seperti itu.

Sekarang kembali ke jadwal acaraku di sana. Jadi, setelah menyerap banyak ilmu tentang ilmu TIK, pasal2 perlindungan anak, kelemahan tulisan, dkk. di hari Kamis, di hari Jumat dan Sabtu jadwal kami adalah full jalan2. Di hari Jumat, jadwal perjalannya adalah ke Candi Prambanan, Taman Sari, lihat2 pembatik dan Malioboro. Saat di candi cuacanya panas, terik, hujan, badai kita lalui bersama (lho? kayak lagu Siti Nurhaliza... :P). Nggak aku cuma bercanda (tapi nggak lucu!). Jadi, ketika di candi dan Taman Sari cuacanya itu sedang panas-panasnya. Tapi ketika di Malioboro, malah hujan. Di Malioboro kami boleh berpencar, berbelanja masing-masing. Karena hujan dan waktu itu kami harus berkumpul di bus pukul 4 sore dan perjalanan yang harus ku tempuh ke bus masih beberapa km lagi, jadi aku dan Dian naik Becak menuju bus. Tidak lain juga karena kaki kami yang sudah serasa mau copot saking pegalnya.

Di hari Sabtu jadwal perjalanannya adalah kunjungan ke Kanisius, Keraton Jogja, Padepokan Bagong dan ke Kali Code. Di kanisius kami di beri tahu seluk beluk percetakan buku dan sebagainya. Kami juga diberikan diskon 20% untuk total pembelian buku. Di Keraton kami dipandu oleh seorang tourist guide yang cara bicaranya cas-cis-cus. Kayak Cinta Laura. Hehe... Di Padepokan Bagong, kami belajar tari Kreasi Baru. Waduuhh! Aku narinya udah kayak robot kelabakan. Di Kali Code kami berbagi canda dengan adik-adik dari Sanggar Parade Senja dan sanggar melukis. YKAI juga menyumbangkan beberapa buku bacaan untuk taman bacaan adik-adik di sana. Senangnya....!

Keesokan harinya, kami melanjutkan workshop lagi. Tempatnya di Aula Parang Garuda. Kami diajarkan bagaimana cara menulis cerpen yang baik dan menarik. Pembicarnya Ibu Naning Pranoto. Sebenarnya aku sudah beberapa kali bertemu dengan Ibu Naning Pranoto. Waktu itu Ibu Naning pernah menjadi pembicara di sekolahku ketika ada pelatihan menulis. Aku juga pernah bertemu Bu Naning ketika aku mengikuti Workshop menulis di SMAN 26 Jakarta.

Siang itu, Bu Naning juga mengadakan lomba kecil-kecilan untuk kami. Jadi, kami diperintahkan untuk mengamati dua buah gambar dan kami harus memberi judul pada salah satu atau kedua gambar tersebut. Judulku untuk gambar yang pertama adalah Peraduan Hati. Judul untuk gambar yang kedua adalah Tangis Rindu Wanita Pecandu. Judulku untuk gambar yang kedua sempat ditertawakan, tetapi siapa sangka judul keduaku itu mendapat predikat juara 3. Hahaha...

Setelah acara Bu Naning, acara berlanjut ke pelatihan menulis skenario yang dipandu oleh Pak Sony Set. Pak Sony Set ini adalah seorang sutradara yang sering menulis skenario untuk beberapa film di televisi. Terutama Trans TV. Dia sudah sering menuliskan naskahnya untuk acara Sketsa, Bioskop Indonesia, Bajaj Bajuri dan yang lainnya.

Pak Sony Set sangat ramah pada kami. Ia sering bercanda dengan gurauan-gurauan sombongnya. Hehe... Kami juga dihadiahi softcopy dari apa yang sudah presentasikan agar kami bisa belajar menulis skenario sendiri di rumah.

Malamnya, Bu Naning mengisi acara lagi. Kami sempat dimarahi oleh Bu Naning. Karena, tugas menulis yang Bu Naning berikan pada kami, hasilnya amburadul semua. Kata Bu Naning tulisan kami bukan seperti tulisan seorang penulis. Bu Naning jadi ragu akan keaslian tulisan yang kami kirim untuk lomba menulis. Ada beberapa temanku yang emosi mendengar kritikan dari Bu Naning. Tetapi, aku cukup memakluminya. Aku sudah beberapa kali mengikuti workshop menulis yang dipandu oleh Bu Naning dan memang Bu naning itu wataknya keras. Namun, memang apa yang ia katakan benar. Mungkin karena ia tahu benar etika menulis yang baik dan ia sangat aware saat menilai sebuah tulisan. Tetapi, walau berwatak keras, sebenarnya Bu Naning itu ramah.

Setelah acara Bu Naning kami merayakan malam perpisahan karena esoknya kami akan pulang ke kampung halaman masing-masing. Ada yang bernyanyi, berjoget-joget dan ada pula yang hanya duduk-duduk menonton.

Esoknya, kami masih mendengarkan satu materi lagi. Materi yang satu ini dibawakan oleh Ibu Sri Pardina Pudiastuti. Seorang asisten deputi hak-hak anak dan remaja. Kami dijelaskan seputar perkembangan partisipasi anak di Indonesia.

Sebelum pulang, masing-masing dari kami memberikan kesan-pesannya. Setelah itu, kami saling bersalam-salaman satu sama lain.

Senangnya bisa kembali ke rumah. Namun sedih juga berpisah dengan teman-teman semua. Semoga kami bisa bertemu lagi di CWW berikutnya. Salam KREATif...

Post a Comment

0 Comments