Ruang Itu Milik Allah



“Apa yang seringkali membuat seorang manusia itu stres? Karena seringnya manusia merasa bisa mengendalikan semua hal.”  

Kalimat itu lah yang masih membekas di kepalaku setelah mendengarkan ceramah seorang ustadz di-channel Youtube-nya. 

Jakarta pagi itu padat seperti biasa, aku menyetir di tengah kemacetan kota dengan kepala yang penuh dengan benang kusut akan pertanyaan demi pertanyaan. Bulan-bulan terakhir ini, hidup penuh dengan ambisi, badan lelah, pikiran mumet, dan tidur sulit. Ya, aku dalam fase penting untuk meraih suatu tuju yang aku cita-citakan. Namun, aku masih bertanya, mengapa jika ini yang sangat kuinginkan, aku harus se-stres ini untuk meraihnya? Mengapa jika ini jalan yang aku sukai, aku malah hampir depresi? Pagi itu pula aku tersadar bahwa… hei diri! kamu itu merasa bisa mengendalikan semuanya.   

Bukankah kamu sudah belajar tentang dikotomi kendali? Bahwa dalam hidup ada hal-hal yang bisa kamu kontrol, yaitu apa yang kamu kerjakan, apa yang kamu upayakan, dan doa-doa yang kamu panjatkan. Namun, di luar apa yang ada dalam dirimu, semua itu bukan dalam kontrolmu. Dan bukankah dalam agamamu sudah diajarkan sebuah ayat:  

“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali-Imran: 159)  

Oh ternyata, selama ini aku hanya “tahu” tapi belum sepenuhnya meresapi dan mengamalkannya dalam kehidupan. Memang ajaran-ajaran itu harus bertemu dengan pengalaman agar bisa diaplikasikan. Aku sadar, memang harus sedikit demi sedikit, bertahap, untuk benar-benar memahaminya.   

Ruang itu milik Allah SWT. Kerajaan langit dan bumi ini milik-Nya. Ia Maha Kuasa. Dan kamu hanya manusia. Se-simpel itu sebetulnya, bukan? Kamu hanya perlu, terus-menerus belajar tawakal. Pasrah. Bukan pasrah tanpa usaha, tanpa upaya. Tapi, setelah kamu memaksimalkan segala yang bisa kamu maksimalkan, maka pasrahkan semuanya. Serahkan semuanya pada Allah.   

Karena ruang-ruang hasil, ruang-ruang penentuan, ruang-ruang keputusan, itu milik-Nya. So, kenapa hatimu selalu merasa susah?   

Dan bersyukurlah, karena dengan pengalaman-pengalaman hidup yang selalu baru itu, pemahamanmu tentang ilmu-ilmu yang selama ini kamu pelajari semakin bertambah. Dengan itu, kamu tidak perlu selalu mengkritisi dirimu, atau berprasangka macam-macam akan segala sesuatu di luar dirimu. Yang tersisa hanyalah prasangka yang baik dan pikiran yang positif.   

Dan dengan begitu, isi pikiranmu tidak lagi benang kusut, dan hanya tersisa sebuah pertanyaan, “lalu hal baik apa lagi yang bisa aku kerjakan sekarang?”

Post a Comment

0 Comments