Menjadi Hebat

Pagi ini aku menonton sebuah video pendek di YouTube. Asal saja aku klik video yang muncul di beranda. Video itu berisi ungkapan rasa cinta kasih seorang ayah untuk anaknya. Di akhir video si ayah mengucapkan pesan untuk anaknya, yang kurang lebih begini:

"Kau tidak perlu menjadi 'orang hebat', cukuplah menjadi 'orang baik' bagi orang-orang di sekitarmu."
Aku tercenung. Berusaha mencerna kalimat itu dalam-dalam. Aku merasa tersadarkan. 

Kalimat itu memang terdengar biasa saja. Mungkin pernah aku dengar sebelumnya, namun tak pernah kumaknai. Rasa-rasanya aku tak pernah mendapatkan nasihat itu secara langsung. Dan aku sadar, selama ini aku berusaha dan selalu berusaha untuk menjadi hebat. 

Hebat, dalam pandangan manusia, memiliki makna yang luas. Tapi kebanyakan, hebat adalah soal memiliki materi, kuasa, ranking, prestasi, serta segala hal tentang pencapaian ekspektasi. Aku tersadar, selama ini ternyata aku terlalu berusaha mengejar label orang hebat dan berambisi untuk menjadi hebat. Sungguh melelahkan. 

Akhir-akhir ini aku belajar tentang apa yang disebut 'dikotomi kendali'. Ya, sebuah filosofi yang membagi segala hal dalam hidup menjadi 2 bagian, yakni hal yang bisa kita kontrol dan hal yang tidak bisa kita kontrol. Dan, hei, pencapaian akan prestasi, materi, dan 'label orang hebat' itu adalah hal yang tidak bisa kontrol, bukan? Maka, ketika kita terlalu fokus ke sana, ketika itu tidak dapat terwujud, maka menjadi depresi-lah akibatnya.

Terlebih lagi, manusia seringkali tidak pernah puas. Label orang hebat itu bisa jadi tidak pernah terwujud karena ambisi yang tak ada habisnya, bagaikan ribuan anak tangga tanpa ujung. 

Lalu sebaliknya, kenapa manusia tidak berpikir untuk menjadi 'orang baik' saja? Kita selalu bisa menjadi 'orang baik' karena itu adalah pilihan yang bisa selalu, kapan saja diambil. Hanya butuh kemampuan untuk mengontrol serta mengarahkan segala pikiran, perkataan, dan tindakan diri ke arah yang baik. Ditambah dengan keinginan untuk selalu peduli, respectful pada sekitar. Tanpa mengharapkan imbalan, tanpa meminta balasan. 

Bukankah sudah fitrah manusia untuk merasa bahagia ketika ia bisa melakukan kebaikan? Sedangkan, ketika seseorang menjadi hebat, ternyata belum tentu ia bahagia dengan semua pencapaiannya itu. 

Terakhir, untuk menutup tulisan ini. Sebuah hadist mengajarkan kita:
"Innamal a'malu binniyat" yang artinya adalah "Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung pada niatnya"

Maka, gantungkanlah niat kebaikan di tiap-tiap apa yang kita perbuat. Hanya ridho-Nya. Tanpa mengharap imbalan, tanpa meminta balasan. Apalagi hanya demi mendapat 'label orang hebat'.

Post a Comment

0 Comments