Mother's Day, Ehem....

Ayo tebak, apa ya ceritaku kali ini? Sebenarnya posting ini udah lamaaaaaa.... 100000x banget pengen di-publish. Tapi kalian tau sendiri lah, tabiat blogger malas sepertiku ini. Haha.

Oke langsung saja. Selamat! Tebakan kalian benar (Yaiyalah, udah ketahuan dari judulnya). Di malam yang suntuk ini aku ingin berbagi cerita seputar pengalamanku di Hari Ibu beberapa hari lalu. Tepatnya tanggal 22 Desember 2011.


Awalnya aku bingung, mau kasih apa, ya? Waktu itu kebetulan aku lagi sibuk (sok sibuk) mengurusi salah satu proker ekskul. Tetapi kalau dipikir-pikir rasanya nggak srek kalau nggak memberi sesuatu ke mama di moment yang pas banget ini.

Akhirnya setelah pulang sekolah, dengan sedikit berlari-lari kecil di bawah rintik-rintik air hujan (bayangkan seperti adegan sinetron), aku pun mulai menyusun strategi di rumah. Aku mulai bertanya-tanya ke Bapak Google soal kado apa yang kira-kira pas untuk mama.

Setelah lama berkonsultasi dengan Bapak Google, akhirnya si Bapak Google pun angkat bicara. "Buatlah Puding Panas Pisang Roti untuk mama Anda, dijamin akan membuat mama Anda klepek-klepek", seru Bapak Google seraya menyerahkan resep Panas Pisang Roti, resep turun temurun dari nenek moyangnya. -____-

Yah, waktu itu saya juga kurang percaya sama Pak Google. Tetapi entah mengapa wajahnya sangat meyakinkan saya waktu itu. Akhirnya dengan berusaha membangkitkan jiwa percaya diri dan menyalakan api untuk membakar semangat, aku pun mengiyakan saran Bapak Google tersebut.

Aku pun mulai mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat puding tersebut. Setelah terkumpul semua mulailah aku dan kedua adikku mengikuti langkah-langkah resep dari Pak Google. Pusiiinnggg.... baru kali ini buat puding sendiri. Walau sebelumnya aku sudah pernah membuat kue bolu sendiri, tetapi yang sekarang lain, yang sekarang adalah puding.


Sambil memasak puding aku suruh adekku membuat kartu ucapan berbentuk pas photo untuk mama. Sesekali aku pantau hasil karyanya. Tetapi aku lebih fokus mengurusi pudingnya.

Aku sempet stres, depresi, frustasi, hingga dilarikan ke rumah sakit terdekat (booonnnggg). Puding tersebut nggak mau keras-keras. Awalnya dikukus, tapi nggak mengeras. Akhirnya aku pindahin ke oven. Malah lebih parah. Sampai-sampai tumpah dan hancur, berair nggak keruan. Aku udah putus asa banget waktu itu. Terlebih lagi jam dinding sudah menunjukan pukul setengah 5 sore. Dan mamaku akan pulang kerja setengah jam lagi. HUAAA!!! Aku jingkrak-jingkrak sendiri di rumah.

Kue yang hancur tersebut pun aku rapihkan lagi bentuknya. Dan aku masukan ke dalam kukusan lagi. Beberapa saat setelah itu... Srreeeettttt... Terdengar suara pagar depan dibuka. Aku intip lewat jendela. Mamaku pulaaannnggg... AAAAAaaaa...!!!

Secepat kilat langsung kurapihkan semua bahan-bahan. Aku langsung berlari terbirit-birit membawa-bawa oven ke lantai 2. Adek-adekku langsung aku giring ke dalam kamarku dan mengumpatkan kertas-kertas penghias kartu ucapan dengan kecepatan cahaya (nggak secepat itu sih). Aku pun langsung pura-pura main laptop.

"Assalamualaikum,"ucap mamaku seraya membuka pintu masuk dapur. Perasaanku sudah dag dig duerrr. "Lagi masak apa?" Tidaaaakkkk!!! Ternyata bau pudingnya tercium, sangat mencolok. Seketika impianku untuk membuat kejutan yang aduhai pun kandas dilindas bus pariwisata (apa lagi maksudnya).

Akhirnya, dengan jujur sekali dan dengan ketidakikhlasan hati, aku pun menjawab "Lagi buat puding, Ma. Itu untuk Mama." Sungguh tidak surprise. Rasanya aku mau nangis, kejutanku gagal, lagi-lagi gagal. Hiks.

Mamaku pun bilang, "Wah... pinter banget." Aku hanya bisa tersenyum 2 cm menghadapi kenyataan pahit ini (lebay).

Begitulah pengalamanku di Hari Ibu. Kocak kalau diingat-ingat kembali. Bagaimana menurut kalian? Yah, kalian pasti bisa membayangkan dan punya pendapat masing-masing lah. Walaupun rencanaku ini gagal. Tapi aku senang sudah bisa memberikan sesuatu yang berbeda untuk mama di Hari Ibu ini.



Post a Comment

0 Comments