Panggil Aku Kembali

"...Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang-orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari kewajiban haji, maka sesungguhnya Allah maha kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam." (Qs. Ali Imran: 97)

Pagi ini aku mau share pengalaman ku yang paling indah yang pernah aku rasakan selama hidupku. Semoga niatnya bukan untuk riya’. Tapi ingin memberikan semangat kepada yang lain. Agar teman-teman semua bisa merasakan keindahan ini pula. 

Alhamdulillah... tanggal 27 Juni-5 Juli kemarin aku melakukan ibadah umroh. Hemm, mungkin selama ini, banyak yang mengira (termasuk aku sendiri), ibadah ini tidak begitu istimewa. Karena selama ini sudah banyak tuh yang berumroh dan berhaji di Indonesia, tapi banyak yang tak membawa perubahan di dalam dirinya.

Di perjalanan umroh ini aku hanya berangkat berdua dengan mama. Papa dan kedua adikku jaga kandang di tanah air. Hehe.... Aku dan mama mempercayakan pada travel Mihrab Qolbi. Biarlah promosi sedikit, hihi.... Aku rasa Mihrab Qolbi ini benar-benar travel yang oke punya. Terlihat dari pelayanannya dan perhatiannya kepada para jama’ah. Jadwal acaranya pun benar-benar terkoordinir dengan rapi dan apik. Setiap sore harinya, selalu diadakan tausiyah dan evaluasi, apa saja yang sudah dilakukan di hari ini, bagaimana jadwal untuk esok hari, dsb.. Kali ini pembimbing umrohku adalah Ustadz Nashrullah dan Bunda Ningrum. Senangnya ada pembimbing wanitanya. Kita jadi punya tambahan ilmu tentang fiqih wanita. Dan kedua pembimbing ini pun aku rasa benar-benar hebat. Aku sangat menikmati jika mendengarkan ceramahnya Ustadz Nashrullah. Aku begitu terpukau jika mendengar setiap untaian kalimat dari Bunda, terdengar tulus sekali rasanya.

Pada awalnya, niat umroh ini mungkin nggak begitu mantap. Aku ingin umroh tapi belum tahu benar apa sih esensi sebenarnya dari ibadah suci ini. Setelah ikut manasik barulah aku mengerti bahwa perjalanan ini adalah sebuah perjalanan suci yang sejatinya menuju perubahan hati. Makanya, meskipun jama’ah Haji dan Umroh dari Indonesia adalah jama’ah terbanyak setiap tahunnya, namun tetap saja masih banyak korupsi, kejahatan, kriminalitas dsb.. Banyak yang berhaji hanya untuk mendapatkan gelar di depan namanya. Banyak yang berumroh hanya untuk ikut-ikutan saja. Andai perjalanan suci ini benar-benar niatnya karena dan untuk Allah, pastilah Indonesia ini menjadi aman dan sejahtera.

Benar-benar aku sangat menikmati hari-hari di sana. Mulai dari keberangkatan dari bandara Soetta, lalu tiba di Jeddah. Di Jeddah, jangan merasa aneh kalau masih banyak wanita tak berhijab. Karena di sini memang bukan tanah suci. Kalau diibaratkan Jeddah itu masih bebas, seperti Jakarta (walau nggak sebebas Jakarta sih, hihi). Walaupun bebas, kota ini tetap memperlakukan hukum-hukum Islam, seperti Qisos. Dan katanya, di kota ini orang yang dibilang jahat, pasti orangnya jahat keterlaluan. Begitupun orang yang dibilang alim, pasti alimnya alim tiada tandingan.

Aku dan mama saat tiba di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah

Dari Jeddah, aku menempuh perjalanan ke kota suci kedua. Yup, dialah Madinah Al-Munawaroh. Perjalanan dari Jeddah ke Madinah membutuhkan waktu 5-6 jam menggunakan bus. Di kota Madinah-lah kita bisa bertemu Rasulullah. Karena di sini tempat Rasul dimakamkan. Aku benar-benar merasakan betapa Rasul begitu dekat dengan kita ketika berada di kota ini. Maka, banyak-banyak bersholawat adalah ibadah yang nggak boleh terlewat di sini. Bahkan ketika kita sedang berjalan, duduk atau bahkan berbelanja, sempatkanlah dengan salam dan sholawat nabi walau dalam hati.

Oya, Ibadah Haji dan Umroh ini sangat dicintai oleh Allah. Bahkan setiap amalan yang tujuannya untuk Ibadah ini diberikan pahala ibadah oleh Allah. Mulai dari ongkos ke tanah sucinya, belanja kebutuhan untuk tinggal selama di tanah suci, sampai saat kita berbelanja oleh-oleh di sana pun dinilai sebagai sedekah oleh Allah. Padahal semua kebutuhan tersebut untuk kita sendiri. Namun, semua itu dianggap sebagai ibadah. Subhanallah....

Keindahan pertama adalah saat aku memandang Masjid Nambawi pertama kali dengan mata telanjang. Kerapihan, keteraturan, ketertiban dan keanggunan bercampur baur menggambarkan suasana Masjid ini. Di dalam Masjid ini ada makam 3 orang termulia di dunia, yakni Nabi Muhammad SAW. dan kedua sahabatnya, Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Tempat di antara Makam Rasul dan Mimbar disebut Raudhah. Raudhah ini di sebut juga “Taman Surga” dan merupakan salah satu tempat mustajab do’a. Makanya banyak orang yang berebut untuk masuk ke sini. Untuk laki-laki, Raudhah ini dibuka 24 jam. Namun, khusus untuk wanita hanya dibuka pada waktu-waktu tertentu saja.

Di pelataran Masjid Nabawi ada Makam Baqi. Di sana terdapat makam lebih dari 10.000 sahabat Nabi, termasuk Utsman bin Affan. Di sana juga terdapat makam para istri dan putra-putri Nabi. Selebihnya, para ulama-ulama besar dan berpengaruh juga dimakamkan di sini. Andai suatu saat nanti aku juga bisa dikuburkan di sisi makam manusia-manusia mulia ini....

Di depan pagar Makam Baqi

Keutamaan sholat di Masjid Nabawi ini adalah 1000 kali masjid lain. Jadi bisa dibilang kalau ingin mengejar pahala sholat di masjid ini kita harus hidup 1000 tahun dulu di tanah air. Subhanallah....

Di Madinah ini, kami juga mengadakan city tour. Keliling ke tempat-tempat bersejarah di Madinah. Diantaranya adalah Masjid Quba, Masjid yang pertama kali di bangun Rasulullah; kebun Qurma; Jabal Uhud, di mana terdapat makam para syuhada di perang uhud dan Masjid Qiblatain, Masjid dua kiblat.

Keagungan Masjid Quba

Hiruk pikuk Kebun Qurma

Ustadz Nasrullah (kiri) dan Ustadz Fadlan (kanan)

Berfoto bersama di depan makam para syuhada Perang Uhud

Tidak terasa waktu berputar cepat, memaksaku meninggalkan kota Madinah. Rasanya kami akan berpisah jauh dari Rasulullah. Namun, semoga cinta kepada Rasul ini tetap sama, nggak akan pupus walau jauh dari dirinya. Nah, dari Madinah inilah kami berangkat ke Bir Ali untuk mengambil Miqat, melakukan rukun umroh yang pertama. Sejak niat Umroh ini dilakukan mulailah berlaku larangan-larangan Ihrom.

Ternyata menjaga diri dari larangan Ihrom itu nggak semudah yang kita bayangkan. Mungkin kita sempat berpikir, untuk apa sih Allah membuat larangan-larangan Ihrom seperti ini? Untuk laki-laki tidak boleh menutup kepala, memakai pakaian berjahit ataupun sesuatu yang mengikat. Sedangkan perempuan tidak boleh menutup wajah dan memakai wewangian. Namun setelah dapat ilmu dari Ustadz dan Ustadzah di Mihrab Qolbi, bahwa di saat Ihrom inilah Allah sedang menguji seberapa besar sih keikhlasan kita untuk-Nya. Seberapa besar mau kita untuk menuruti apa yang diperintahkannya dan patuh untuk menjauh dari larangannya. Tidak sedikit orang yang terkena DAM karena melakukan larangan Ihrom. Dan itulah yang menunjukan betapa lemahnya kita, betapa kurangnya kita di hadapan-Nya. Untuk menjaga diri dari larangan-larangan sedemikian itu saja, kita masih merasa berat dan sulit. Subhanallah....

Perjalanan dari Madinah ke Makkah menggunakan bus menempuh waktu sekitar 4 jam. Setelah sampai dan check in di Hotel Mira Ajiyad, aku dan rombongan langsung bertolak ke Masjidil Haram. Saat itu waktu menunjukkan pukul 11.30 malam waktu Makkah. Setelah melakukan Sholat Maghrib dan Isya’ yang di jama takhir, barulah kami melakukan rukun umroh selanjutnya yakni Tawaf, Sa’i dan Tahalul. Pada saat pertama kali melihat Ka’bah, aku begitu terpesona. Bahkan aku sampai nggak percaya sama mataku sendiri. Ka’bah yang selama ini hanya bisa aku lihat lewat buku atau layar kaca, sekarang berada dekat sekali denganku. Selesai melakukan Tahalul, aku merasakan syukur yang tiada tara. Alhamdulilillah... selesai sudah umrohku yang pertama ini. Walaupun hanya kurang lebih 9 jam menahan diri dari larangan Ihrom, namun butuh perjuangan dan keikhlasan yang besar.

Masjidil Haram ini terlihat berbeda dengan Masjid Nabawi. Jikalau Masjid Nabawi tampak rapi dan teratur, Masjidil Haram tampak kokoh dan tangguh. Pahala untuk sholat di Masjidil Haram ini 100.000 kali dari Masjid lain. Subhanallah.... Namun meskipun aku punya tabungan amalan dari Masjid ini, bukan berarti aku nggak usah sholat lagi nanti sepulang ke tanah air. Hehehe....

Berfoto bersama selesai menunaikan ibadah Umroh

Ramainya orang bertawaf

Meskipun begitu, besar pula dosa yang akan kita tanggung apabila melakukan perbuatan yang tidak Allah suka di Tanah Haram ini. Maka itu, di kedua tanah suci ini kita harus betul-betul menjaga hati, lisan dan perbuatan. Dan jangan lupa selalu gunakan kartu SIM (Sabar, Ikhlas, Menerima). Hehe... lumayan dapat bekal dari manasik umroh. Salah ucap sedikit, bisa langsung diberi ganjaran oleh-Nya.

Di Makkah pun, aku ditunjukkan beberapa tempat bersejarah. Diantaranya tempat kelahiran Rasulullah yang kini dijadikan perpustakaan dan rumah Siti Khadijah yang sudah disulap menjadi toilet di pelataran Masjidil Haram. Ada pula City Tour ke Jabal Tsur, tempat di mana Nabi Muhammad bersembunyi bersama Abu Bakar dari serangan kaum Kafir yang ingin membunuhnya. Lalu, ke Jabal Rahmah di Arafah tempat pertemuan Nabi Adam as. Dengan Siti Hawa setelah berpisah selama bertahun-tahun di muka bumi. Oya, pada musim Haji, Arafah ini sangatlah ramai dipenuhi orang-orang berhaji. Karena Haji adalah Arafah. Tidak sah Hajinya seseorang jika tidak masuk ke Arafah. Bahkan, orang yang sakit pun harus dibawa ke sini meskipun dengan ambulan dan tandunya. Subhanallah.... Ya Allah, panggil kami kembali ke sini dalam keadaan berhaji. Aamiin.... Arafah ini pun merupakan gambaran Padang Mahsyar di hari akhir nanti. Ketika manusia tak tentu arah mencari pertolongan, ketika manusia dibangkitkan dalam keadaan setimpal dengan amal perbuatannya selama di dunia.

Dari Arafah, kami menuju Muzdalifah dan Mina. Di sisi kanan dan kiri jalan tampak beratus-ratus tenda Haji. Pada musim haji tenda-tenda tersebut akan penuh terisi dengan jama’ah. Bahkan satu tenda bisa terisi 100 orang. Allahu Akbar! Hanya Islam yang mampu begini. Mengumpulkan berjuta-juta manusia dalam satu tempat, satu waktu, satu tujuan yaitu Allah Yang Maha Esa. Tak lupa kami juga singgah di Ji'ronah, tempat yang mempunyai kisah bersejarah yang membuat bulu kuduk merinding.

Jabal Tsur

Jabal Rahmah

Ribuan tenda Haji di Mina

Masjid Ji'ronah


Kota Makkah dan Madinah ini adalah kota yang tak pernah mati. Siang malam 24 jam orang berdesak-desakan di Raudhah, i'tikaf di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram, bertawaf dan sa'i. Kedua Masjid agung itu tak pernah sepi. Ibadah dan terus ibadah. Terus hidup. Andai masjid-masjid di tanah air juga makmur seperti ini.

Selama empat hari aku menetap di Makkah. Tak terasa hari kepulangan ke tanah air pun tiba. Momen-momen berharga selama di kedua tanah suci itu berputar kembali dalam memoriku. Tak bisa kubendung air mata saat tawaf wada’ dilakukan. Tawaf yang berarti tak boleh lagi kami menetap dan melakukan ibadah di Masjidil Haram ini. Tawaf yang mengharuskan kami untuk pulang.

Ya Allah, sungguh, kurasa masih banyak orang yang lebih pantas menjadi tamu-Mu di Tanah Haram ini. Masih banyak orang yang menangis rindu untuk menginjakan kaki di sini. Namun, dengan segala kemurahan dan kasih sayang-Mu, Engkau memilihku yang tidak ada apa-apanya ini dibanding mereka. Kata terimakasih tak terbendung untuk Mu, Ya Rabbi. Semoga ini bukanlah terakhir kalinya aku dapat menatap kenggunan Makkah dan Madinah. Ya Allah, jagalah kerinduanku pada dua tanah suci-Mu ini. Jikalau memang ini pertemuan terahirku dengan mereka, gantilah dengan surga-Mu, Ya Rabbi.

Banyak target-target yang ingin aku raih sepulang dari perjalanan suci ini. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Ibadah, lebih semangat menuntut ilmu dan terutama segera megobati segala penyakit-penyakit hati, seperti sombong, riya’, iri, dengki dan prasangka buruk. Aku berharap suatu saat nanti dapat kembali lagi ke tanah suci ini. Dan semoga Allah memberikan kesempatan pula untuk saudara-saudara-Ku yang sudah rindu sekali dengan tanah suci-Nya ini. Allah Maha Besar, Maha Pemurah.

Ya Allah, Bila kupulang nanti, Panggil Aku Kembali....

Post a Comment

0 Comments