Aku dan Ke-Indonesiaanku

Sedikit aja. Kali ini aku mau cerita sekaligus intropeksi diri.

Sabtu kemarin bertepatan dengan hari pernikahan tanteku, adik mama yang paling bungsu. Keluargaku pun sibuk mengurus ini itu sejak beberapa minggu lalu. Akad nikah dan resepsinya bertempat di Museum Indonesia TMII, lebih tepatnya di taman depan museum itu.

Museum Indonesia, foto dari Abang Google

Mungkin aku salah satu orang di keluargaku yang tampak nyantai, aku bingung memperhatikan orang-orang yang sibuk mondar-mandir, ganti baju, poles wajah, dsb.. Alhasil aku cuma bisa bengong-bengong nganggur nggak jelas. Nah, kesempatan emas! Aku pun memutuskan menjelajahi museum itu.

Namun ada sesuatu yang bagiku terasa janggal. Ya, pengunjung museum ini semuanya turis. Orang Arab, Cina, India dan lainnya. Tak nampak satu pun pengunjung berdarah Indonesia. Apa mungkin orang Indonesia sudah hafal betul dengan negerinya? Hingga tak penting untuk meluangkan waktu ke museum ini. Entahlah, aku meneruskan penjelajahanku.

Betapa hatiku langsung tersentak, kaget, takjub, seperti ada sesuatu yang menyadarkanku. Beberapa kali aku mengucap "WOW" saat menyaksikan betapa indah luar biasa Indonesia ini. Lantai 1 museum itu membuatku kagum dengan berderet-deret patung berpakaian adat dari Sabang hingga Merauke, tokoh-tokoh wayang dan alat musik gamelan. Di lantai 2 aku dibuat tercengang dengan benda koleksi yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat tanah air sehari harinya. Mulai dari tempat tinggalnya (rumah adat), mata pencaharian, beragam upacara adat, alat transportasi, dll.. Lantai 3 pun tak kalah menarik dengan beragam pajangan karya kreasi anak bangsa. Ada batik, songket, anyaman, keramik dan benda-benda apik lainnya.


Deretan patung berpakaian adat


Patung Hanoman, salah satu tokoh wayang Ramayana


Saat menyaksikan semua itu di depan mataku aku merasa terseret ke dalam Indonesia yang sebenarnya. Ke dalam sisi Indonesia yang lain, yang tak pernah kupandang selama ini. Mungkin aku terlalu lama berkutat dengan kesibukkan kota Bekasi dan Jakarta yang padat tersendat-sendat. Sehingga aku lupa bahwa ini lho negeriku. Ini lho tanah airku.

Aku merasa bodoh. Bodoh sekali aku. Banyak hal yang aku tak tahu tentang negeriku. Malah mungkin aku lebih hafal tentang negeri orang lain.

Aku sempat berfikir dan merasa sedih dengan keadaan Indonesia yang sekarang. Sudah susah ditinggalkan pula oleh rakyatnya. Betapa generasi masa kini lebih cinta budaya orang. Lebih suka meniru Barat, Korea dan yang lainnya. Padahal Indonesia ini lebih kaya, namun kekayannya tidak nampak, tersembunyi di balik tirai maksiat orang jahat yang tinggal di negeri ini. Hingga rakyat pun menjadi tuna netra akan negerinya sendiri.

Seperti saat ini. Banyak orang beramai-ramai pergi mal, berbelanja aneka pakaian atau aksesoris terkini, pergi ke kafe, ataupun taman wisata lainnya untuk bersenang-senang. Sedang jarang sekali pengunjung asal Indonesia yang pergi ke Museum Indonesia.

Begitu pun aku. Selama ini mungkin aku meremehkan keberadaan TMII. Jujur saja ketika seorang temanku mengajak ke TMII aku merasa malas. Dalam benakku aku berfikir, "Ah, paling isinya begitu-begitu aja." Padahal baru ke Museum Indonesia saja aku merasa seperti orang yang nggak tahu apa-apa tentang Indonesia.

Seandainya aku punya rezeki nanti, aku ingin sekali mengelilingi negeri ini. Menelusuri bagian-bagian Indonesia yang tak pernah kupelajari selama ini. Aku ingin benar-benar mengenal tempat di mana aku berdiri sekarang. Aku ingin mencintainya. Aku ingin mempersembahkan yang terbaik untuknya.

Post a Comment

0 Comments