Ketemu Tere Liye


Hari ini adalah hari yang kutunggu-tunggu. Yup, ketemu Bang Tere Liye.

Sekitar dua bulan lalu, temanku menyebarkan poster bedah buku Tentang Kamu -nya Bang Tere lewat akun media sosialnya. Langsunglah aku antusias mendaftar. Maklum, salah satu penggemar tulisannya yang sudah hampir membaca semua bukunya tapi nggak pernah sekalipun ketemu penulisnya. Terlebih lagi buku Tentang Kamu ini termasuk buku Bang Tere yang paling aku favoritkan.


Acara ini diadakan oleh CSS Mora. CSS Mora ini kalo di kampus aku seperti perkumpulan/badan/organisasi/apalah itu para mahasiswa penerima beasiswa santri berprestasi. Kegiatan bedah buku ini merupakan bagian dari rangkaian acara CSS Mora dalam memperingati Hari Santri Nasional. Big thanks to CSS Mora! Dan selamat Hari Santri Nasional, ya! Aku juga pernah jadi santri kok. Nama pesantrennya Pesantren Kilat :P

First impression ketemu Tere Liye. Aku deg-deg-an masaa' (lebayy).Wow sederhana sekali Bang Tere ini. Tampilannya kayak anak kuliah dengan kaos, celana jeans, sandal jepit dan ransel dipunggungnya. Gitu aja. Bahkan kayaknya peserta yang mau nonton acaranya Bang Tere lebih ciamik gayanya. 

Terus saat sesi perkenalan Bang Tere nanya ke peserta,
TL: Kalian udah pernah ketemu saya sebelumnya?
Peserta: Beloom (serempak, mungkin cuma satu dua orang yang bilang "udah")
TL: Kalo kalian belom pernah ketemu saya, gimana caranya kalian yakin kalo yang di depan ini adalah seorang Tere Liye?
(Wkwk... penonton tertawa)

Bedah Buku Tentang Kamu
Overall, suka sih gayanya Bang Tere Liye. Sederhana dan apa adanya. Tetapi aura kebijaksanaan-nya (apalah itu aura kebijaksanaan) melekat banget. Wajahnya orang Sumsel nian (Aku juga keturunan Sumsel kok, Bang. Terus kenapa? Masalah buat gue? Lah, napa ribut dah. Wkwk). Gaya biacaranya masih bercampur dengan logat Sumatra yang kental. Bang Tere juga seringkali melontarkan candaan-candaan yang bikin peserta tertawa terbahak-bahak. Ternyata kocak Bang Tere Liye ini.

Satu hal lagi, Bang Tere ini orangnya tertutup. Mungkin banyak orang heran kenapa sih Bang Tere ini sangat menutup diri. Bahkan Bang Tere nggak mau ada sesi foto bareng atau foto rame-rame sama penonton (terus aku sedih. hiks.). Bang Tere sendiri bilang, "Tere Liye itu bukan penulis terkenal. Yang terkenal itu tulisannya. Saya sering kok, naik KRL di depan saya mbak-mbak lagi duduk sambil baca buku saya; tapi dia nggak tahu kalo orang di depannya itu penulis buku yang dia baca." Nyowww.... Kapan-kapan kalo ketemu di KRL aku pasti bakal kenal Bang Tere kok :D 

Sebenernya simpel sih alasannya. Ketika ditanya kenapa sih Bang Tere nulis pakai nama samaran dan kenapa nggak expose kehidupannya, Bang Tere bilang kalau alasannya karena dia mau hidupnya tenang. Ya, bener sih. Bang Tere cuma nggak mau kemana-mana jadi ribet dikejar-kejar orang minta foto bareng atau minta tanda tangan. Hehehe....

Banyak banget yang aku dapat setelah ikut bedah buku ini. Worth it lah. Secara garis besar Bang Tere mengulas cerita buku Tentang Kamu ini dan juga memberikan tips-tips menulis buku. Sempat ada yang bertanya Bang Tere gimana sih caranya bisa nulis bagus?. Bang Tere bilang kalo mau nulis bagus ada tiga hal yang harus dilakukan yaitu banyak membaca, banyak melakukan perjalanan dan banyak bertemu dengan orang bijak. Wow!

Terus terakhir aja nih. Ketika sesi acara mau ditutup, Bang Tere nanya balik ke peserta, "Jadi apa sih pesan moral dari buku Tentang Kamu menurut kalian?" Peserta pun sahut-sahutan, tapi jawaban peserta belum ada yang memuaskan. Kemudian Bang Tere berucap, "Pesan moral dari Buku Tentang Kamu ini sebenarnya sederhana saja. Bayangkan kamu sedang berada di sebuah pondok kecil yang tampias, atap dan dindingnya rapuh. Sedangkan di luar sana terdapat hujan yang saangaat lebat disertai badai. Pondok kecil yang rapuh ini tidak bisa menahan derasnya hujan sehingga kamu basah dan kedinginan. Sedangkan beberapa meter dari pondok tersebut ada sebuah rumah yang atap dan dindingnya kokoh. Kamu bisa pergi ke rumah itu agar kamu tidak basah dan kedinginan. Namun kamu harus melewati hujan dan badai untuk sampai ke rumah tersebut. Bagaimana cara menuju ke rumah tersebut tanpa kamu kebasahan? Jawabannya tidak bisa. Itulah yang diyakini Sri Ningsih. Kehidupan yang sulit tidak membuatnya menyerah. Ia tetap yakin bahwa di depan sana ada janji kehidupan yang lebih baik. Tetapi ia juga sadar bahwa jalan untuk menuju ke sana pasti ada halangan dan rintangan. Maka yang dilakukannya adalah menerima, memeluk setiap kesulitan tersebut dengan hati lapang. Hingga akhirnya ia sampai kepada janji kehidupan yang lebih baik."

Sesi book signing
Merinding disko hayati, Bang, Wkwk... ya kurang lebihnya begitu. Aku cuma menulis yang terekam diingatan. Ya, sampai sekarang Bang Tere adalah penulis terfavorit yang belum tergantikan posisinya. Intinya sih, bukan cuma baca bukunya aja, tapi semoga setelah membaca buku Bang Tere kita juga berusaha menjadi pribadi yang lebih baik seperti buku-buku baik yang Bang Tere tuliskan.

Post a Comment

0 Comments