Berjalan dalam Aturan



Dari dulu aku orangnya paling suka buat aturan. Aturan yang dimaksud di sini adalah aturan buat diri sendiri. Misalnya, ah, mulai sekarang tugas kampus nggak boleh ditunda-tunda lagi. Atau, ah, mulai sekarang harus tilawah Quran minimal 1 lembar tiap hari. Atau, yang sekarang lagi dijalanin, ah, aku mau mulai ngerjain soal buat UKMPPD 100 soal tiap hari. Tapi makin banyak aturan yang dibuat, makin nggak dikerjain. Paling cuma bertahan beberapa hari aja, seterusnya berhenti berlanjut. Dan lupa deh sama aturannya.

Paling susah ngelawan diri sendiri. Paling gampang punya banyak excuse buat ngebela diri nggak menjalankan sesuatu. 

"Ah, hari ini jadwal lagi padet, pagi kuliah full, lanjut jadwal organisasi.  Capek." Ribet nggak tuh? Sampai kapan nggak bisa berjalan dalam aturan? Sampai kapan nggak teratur terus? Atau memang sebaiknya begini? 

"Fleksibel ajalah... jangan kaku-kaku nanti stress." Apa gitu aja?

Mungkin kadang emang harus tegas ya sama diri sendiri. Kalo kata seorang penulis dalam bukunya "No Excuse". Kata "No Excuse" ini adalah penegasan buat diri sendiri. Kita harus tegas bilang "No Excuse" ketika udah mulai komitmen melakukan sesuatu dan bikin aturan buat diri sendiri. Tentunya aturan itu harus bertujuan yang baik-baik. Dan ditujukan untuk pengembangan diri.

Mungkin proyek 100 hari menulis-ku ini-- yang entah yang membaca siapa (hehe)-- adalah salah satu bentuk belajar komitmen terhadap suatu aturan yang dibuat sama diri sendiri. Menegaskan "No Excuse" kalo kamu mau berkembang. Kan untuk naik kelas itu butuh perjuangan. Nggak dengan berleha-leha begitu aja bukan? Mulai sekarang, paksain yang baik-baik buat diri sendiri, ya. No excuse.



Post a Comment

1 Comments

Armid buloh said…
I read it. Let me be the witness. Ganbatte from wkwk land