Anak 96



Kalau kamu lahir di tahun 90-an mungkin kamu masih bisa ngerasain serunya main mainan tradisional. Entah itu petak umpet, petak jongkok, galaksin, benteng, congklak, bekel, karet, dll. Ternyata kalau disebut cukup banyak ya. Dan sebenarnya masih banyak lagi. 

Sebenarnya bukan masalah mainan tradisionalnya, tapi lebih kepada kontak antara pemainnya saat bermain permainan itu. Maksudnya gimana ya agak belibet, hehe. Tapi ngerti kan arah pembicaraan ini akan ke mana.

Agak miris sama anak jaman sekarang yang lebih fokus sama gadget. Mereka jadi lebih banyak bermain di dalam rumah. Ada untungnya sih main di dalam rumah lebih safe untuk menghindari kecelakaan misalnya. Tapi apakah bermain gadget akan selamanya aman?

Kebanyakan fokus sama gadget nggak cuma bikin kurang olahraga atau mata anak cepat minus aja, tapi yang menurutku lebih berbahaya adalah mental anak-anak ini. Ya, mungkin nggak semua anak begitu, tapi beberapa anak mungkin akan terkena dampaknya jika nggak diimbangi dengan pendidikan dari ayah ibunya yang kondusif. 

Kadang suka melihat anak-anak ini jadi lebih kurang peka terhadap lingkungannya. Pernah ketemu sama temennya adek yang masih kelas 5 SD. Bukannya pingin dihormati ya, cuma kalo dalam pemikiran aku seorang anak yang ketemu ayah/ibu temannya atau entahlah siapa itu yang lebih tua, alangkah baiknya jika sapa atau salim ke orang yang lebih tua itu. Tapi malah cuek-cuek sikapnya. Mungkin itu contoh kecil yang bikin agak sedikit risih.

Belum lagi konten yang ada di dalam gadget itu. Mungkin agak sulit untuk mem-filter-nya. Kita tahu sendiri di dalam internet itu kita bisa menemui apa saja dan orangtua nggak mungkin melulu mengawasi si anak ketika bermain gadget

Terus lagi orientasi liburan sekarang bukan lagi senang-senang atau kumpul sama kerabat dekat. Tapi lebih kepada posting foto agar dapet like dan comment yang banyak di media sosial. Dan hal itu juga sudah tertanam dalam budaya anak-anak jaman sekarang. Nggak tau sih kenapa, tapi itu membuatku sedih.

Mungkin nanti kalau udah jadi ibu-ibu atau bapak-bapak dan punya anak, bisa lebih kreatif lagi mengenalkan anak kepada gadget. Mengenalkan gadget dan internet mungkin perlu tapi seperlunya saja. Mungkin kalau anak sudah ditanamkan nilai-nilai terlebih dahulu dan sudah bisa membedakan baik buruk, anak-anak itu baru bisa dipercayakan dengan gadget pribadi. Entahlah, masih perlu lebih banyak analisis lagi. 

Post a Comment

0 Comments